Tugas Makalah
“Menjaga Keberagaman
& Pluralisme Agama Dengan Dialog Antar Umat Beragama”
CB : Interpersonal Development
Genap 2013/2014
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Menjaga Keberagaman & Pluralisme Agama Dengan Dialog Antar Umat Beragama”
dengan lancar Makalah ini penulis susun dalam rangka untuk melengkapi tugas
mandiri akhir dari mata kuliah CB: Interpersonal Development.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mengalami
berbagai rintangan dan hambatan. Dengan bantuan dari berbagai pihak yang mendukung maka, rintangan dan hambatan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hermawan Winditya karena telah memberi
tugas dan selaku guru pembimbing dalam membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu menyelesaikan
makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah yang telah disusun memiliki
berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca. Semua kritik dan saran akan menjadi acuan bagi penulis untuk menyusun
makalah yang lebih baik di masa mendatang.
Akhir kata penulis
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Semoga makalah
ini dapat memberi wawasan yang lebih untuk kehidupan dalam beragama.
Jakarta,4 Juni
2014
Penulis
Daftar Isi
Pendahuluan
Indonesia merupakan sebuah negara
pluralisme. Sehingga Indonesia terdiri dari beranek ragam suku, budaya, etnis,
kepecayaan dan agama yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainya.
Di Indonesia terdapat 6 agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia yaitu
Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu. Enam agama ini lah yang
membuat Indonesia menjadi negara pluralisme. Karena semua masyarakat Indonesia
berhak dan dilindungi oleh hukum yang berlaku di Indonesia untuk memilih
agamanya sendiri tanpa paksaaan dari masyarakat ataupun pemerintah sendiri
Tetapi dalam praktiknya dengan
adanya Pluralisme, sudah pasti setiap individu mempunyai keinginan, strutur
sosial dan karakter yang berbeda-beda antara satu individu dengan individu
lainya. Dan hal tersebut dapat menimbulkan konflik antar individu yang memiliki
perbedaan agama, yang akhirnya akan berakhir pada perpecahan bila tidak
ditindak lanjuti. Dewasa ini sering terjadi konflik antar umat beragama di
Indonesia yang menelan banyak korban jiwa. Seperti kasus di Poso terjadinya
konflik antara umat islam dan kristen di poso. Hal ini menjadi catatan hitam
sejarah Indonesia mengenai konflik umat beragama yang mengacam pluralisme di
Indonesia. Karena konflik antar umat beragama yang sempat menimbulkan
perpecahan antar umat beragama. Untuk itu kita sebagai masyarakat indonesia
perlu menjaga pluralisme agama di Indonesia. Apalagi bila kita melihat semboyan
Indonesia yaitu bhineka tunggal ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap
satu. Yang mengingatkan kita betapa pentingnya untuk kita sebagai masyarakat
indonesia untuk menjaga pluralisme agama di indonesia di Indonesia. Walaupun
kita berbeda agama tetapi kita harus tau bahwa kita tetap satu Indonesia
Dan salah satu cara untuk menjaga
pluralisme di Indonesia adalah dengan mengetahui apa perbedaan kita. Apa
perbedaan agama kita dengan agama lainya. Tetapi perbedaaan itu tidak kita
gunakan sebagai alat untuk menyerang agama lain tetapi kita gunakan untuk
menambah wawasan kita dalam menjalin hubungan toleransi. Salah satu cara untuk
mengetahui perbedaan tersebut adalah dengan mengadakan dialog antar umat
beragama.
Tujuan dari makalah ini adalah agar
kita lebih mengenal mengenai pluralisme. Dan agar kita sebagai masyarakat
Indonesia dapat menerapkan prinsip pluralisme terutama di bidang agama. Dan
kita dapat menggunakan dialog antar umat beragama sebagai salah satu dari
sekian banyak solusi yang ada untuk menjaga pluralisme agama.
BAB 1
Pluralisme
2.1Pengertian Pluralisme
Dalam
the oxford english dictionary disebutkan bahwa pluralisme ini dipahami sebagai:
(1) suatu teori yang menentang kekuasaan negara monolitis; dan sebaliknya,
mendukung desentralisasi dan otonomi untuk organisasi-oganisasi utama yang
mewakili keterliabatan individu dalam masyarakat. Juga, suatau keyakinan bahwa
kekuasaan itu harus dibagi bersama-sama di antara sejumlah partai politik. (2)
Keberadaan atau toleransi keragaman etnik atau kelompok-kelompok kultural dalam
suatu masyarakat atau negara, serta keragamaan kepercayaan atau sikan dalam
suatu badan, kelembagaan dan sebagainya. Definisi yang pertama mengandung
pengertian pluralisme sosial atau primodial
Sementara
dalam pengertian bahasa Indonesia
Pluralisme berasal dari bahasa Inggris
"pluralism", terdiri dari dua kata plural artinya beragam dan isme
artinya paham yang berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham.
Sehingga pluralisme agama berarti memiliki berbagai macam paham agama. Sehingga
Indonesia sebagai negara pluralisme berarti Indonesia memiliki beragam agama
dan kepercayaan.
2. 2 Masalah-Masalah Pluralisme Agama di Indonesia
Menurut
Drs. D. Hendropuspito, O. C. Di dalam bukunya Sosiologi Agama, konflik sosial
yang yang bersumber dari agama yang terjadi di indonesia berasal dari
empat hal pokok yaitu :
1. Perbedaan
doktrin dan sikap mental
Secara sadar atau tidak sadar, setiap pihak mempunyai
bayangan mengenai ajaran agaman masing-masing,
terkadang ada yang melakukan perbandingan ajaran agama lainya,
memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala
penilaian yang dibuat secara subjektif
nilai tertinggi akan selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri
selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.
2. Perbedaan
suku dan ras pemeluk agama
Bahwa perbedaan suku dan ras berkat adanya agama bukan
menjadi Penghalang untuk menciptkana hidup persaudaraan yang rukun; hal itu
sudah Oleh kenyataan yang menggebirakan. Dan hal ini tidak perlu dibicarakan
lagi. Yang menjadi masalah disini apakah perbedaan suku dan ras ditambah dengan
perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahaan antar
umat manusia? Hal ini justru akan menambah lebar jurang yang memisahkan
perbedaan agama tersebut sehingga menimbulkan konflik sosial yang menyebabkan
terjadinya perpecahan kelompok yang merugikan ketentraman dan keaman kelompok
3. Perbedaan
tingkat kebudayaan
Tidak bisa dipungkiri bahwa agama merupakan bagian dari
sebuah kebudayaan. Agama menjadi bagian terpenting dalam pembudayaan manusia
khusunya, dan alam semesta pada umumnya. Dengan kata lain agama adalah upaya
menciptakan alam semesta dengan cara yang suci. Dengan kerangka pemikiran bahwa
agama memaikan peran dominan dalam menciptakan budaya masyarakat dan
melestarikan alam semesta maka munculnya ketegangan yang disebakan karena perbedaan
tingkat kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari peran agama dalam menyediakan
nilai-nilai yang disatu sisi mendorong pertumbuhan pemikiran bagi perkembaangan
budaya dan disisi lain menghabat perkembangan budaya tersebut
4. Masalah
mayoritas dan minoritas golongan agama
Secara
umum masalah yang sering terjadi di masyarakat pluralis adalah mayoritas dan
minoritas yang sering terjadi adalah mayoritas memaksakan kehendak mereka pada
minoritas dan minoritas mau tidak mau harus menerima kehendak dari mayoritas.
Hal ini akan menimbulkan perasaan dendam dan menimbulkan konflik perpecahaan.
BAB 2
Dialog Antar umat Beragama
2.1 Pengertian Dialog Antar umat Beragama
Kata
dialog berasal dari kata Yunani “dia-logos”, artinya bicara antara dua pihak
atau “dwiwicara”. Lawanya adalah “monolog” yang berarti “bicara sendiri”. Arti
sesunggunnya definisi dari dialog ialah percakapan antara dua orang atau lebih
dalam mana diakan pertukaraan nilai yang dimiliki masing-masing pihak. Lebih
lanjut dialog berarti pula pergaulan
antara pribadi-pribadi yang saling memberika diri dan berusaha menegal
pihak lain sebagai mana adannya. Dari studi psikologi disimpulkan bahwa manusia
yang normal membutuhkan dialog, membuka diri kepada orang lain. Prinsip
psikologis itu memang harus mendasari dialog, sejatinya dialog harus
dilandaskan pada keterbukaan terhadap pihak lain dan kerelaan untuk berbicara
dan memberika tanggapan kepada pihak lain bahwa kedua belah pihak memberika
informasi yang benar. Tujuan dialog sendiri adalah sesuatu yang positif seperti
memberi informasi, nilai-nilai yang dimiliki, lalu membantu pihak lain yang
dapat dipertanggung jawabkan. Dialog antar umat beragama merupakan salah satu
cara yang tepat bilan dijalankan dengan baik untuk menjaga pluralisme di Indonesia.
Di
dalam dialog antar umat beragama terdapat 2 maca dialog yaitu dialog horizontal
dan dialog vertikal. Dialog horizontal
adalah interaksi antar manusia yang dilandasi dialog untuk mencapai
saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia dan pengakuan akan sifat
dasar manusia, dan pengakuan akan siftar dasar manusia yang indetermitis dan
independen sedangkan dialog vertikal adalah meperdalam pengertian dan
penghayatan akan fungsi dan makna keagamaan. Dan dialog merupakan solusi yang
cocok untuk menghadapi sebuah pluralisme dan mempertahankan sebruah pluralisme.
2.2 Pedoman dan Kode Etik Dialog Antar umat Beragama
Pendoman yang harus
diperhatikan ketika melaksanakan dialog antar umat beragama adalah:
1.
Dasar
pijak yang sama. Semua pemeluk agama memiliki kepercayaan yang sama akan satu
Tuhan
2.
Tujuan
dialogi. Pertama-tama tujuan yang hendak dicapai musyawarah pemeluk-pemeluk
agama bukanlah mengadakan peleburan atau asimilasi dari banyak agama menjadi
satu agama. Dialogi juga tidak dimaksud untuk mendapat pengakuan dari pihak
lain akan supremasi agamanya sendiri sebagai agama yang paling benar.
3.
Materi
yang diberikan bersifat dialogi. Bahan-bahan musyawarah yang berulang kali
muncul dalam acara pembicaraan meliputi hal-hal baik yang sifatnya konseptual
teoretis maupun yang praktis
Kode etik dalam
pelaksanaan dialog antar umat beragama untuk berdialog antar umat beragama:
1.
Memberikan
kesaksian secara jujur dan saling menghormati kepada semua pihak agak tidak
memberikan persepsi bahwa keyakinannya masing-masing ditekan ataupun dihapus.
Justru sebaliknya, supaya setiap pihak membawa kesaksian yang terus terang
tentang kepercayaan di hadapan Tuhan dan sesamanya
2.
Prinsip
kebebasan beragama atau religious freedom. Prinsip kebebasan tersebut meliputi
prinsip kebebasan perorangan dan kebebasan sosial atau individual freedom and
social freedom
3.
Prinsip
acceptance, yaitu mau menerima orang lain seperti adanya. Dengan kata lain,
tidak menurut proyeksi yang dibuat sendiri.
4.
Terus
berpikir positif dan percaya. Orang yang bisa berpikir secara positif itu perlu
dijadikan suatu sikap yang terus menerus dikembangkan. Orang yang biasa
berpikir negatif terhadap orang lain tentu akan mengalami kesulitan dalam
bergaul dengan orang lain, apalagi jika agama lain.
2.3 Kendala dan Manfaat Dialog Antar umat Beragama
Manfaat dialog antar
umat beragama:
1.
Terkikisnya
kesalah pahaman yang bersumber dari adanya perbedaan bahasa dari masing-masing
agama
2.
Dialog
dimaksudkan guna mencari respons yang sama terhadap semua tantangan yang
dihadapi oleh agaman. Agakanya perlu ditegakan bahwa tantangan yang dihadapai
oleh salah satu agama pada dasarnya tantanganyang dihadapi oleh semua agama.
Dan tantangan yang dihadapi oleh agama, juga tantangan yang dihadapi oleh
manusia sebagai manusia
Kendala praktis dalam
dialog antar umat beragama
1. Elitis
Dialog
antarumat beragama yang selama ini terjadi adalah dialog secara elitis dan
hanya kaum terpelajar lah yang mengetahui hasil dari dialog tersebut sedangkan
orang-orang awam tidak mengetahui tetang dialog tersebut. Padahal kita dapat
lihat bahwa kaum awam lebih banyak dibandingkan kaum terpelajar
2. Tak
militan
Aktivis
di dalam agama tidak begitu “agresif” memperjuangkan isu ini tidak seperti
aktivis HAM dan lain sebagainya sehingga membuat dialog antar umar beragama
hanya berjalan ditempat. Dan selain itu faktor agama sering kali dipahami
sebagai faktor semu.
3. Jalur
eceran
Kenyataan
bahwa sosialisasi ajaran agama di tingkat akr rumput lebih banyak dikuasai oleh
para juru dakwah yang kurang paham atau menyadari pentingnya isu dialog antar
umat agama. Jalur tingkat distribusi ajaran agama di tingkat “eceran” lebih
banyak dikuasai oleh jaringan dakwah dan misi yangmempunyai pandangan agama
yang konservatif. Sementara kaum terdidik yang sering kali terlibat dalam
wancana dialog antarama tidak mempunyai basis soial yang cukup untuk membangun
semacam jaringan distribusi ajaran agama alternatif yang menandingi jalur
“eceran”
4. Infrastruktur
Kuranganya
sarana-sarana kelembagaan yang tidak menunjang dialog. Ini adalah kelemahan
serius yang tidak bisa dibiarkan terus berlajut karena dialog lebih banyak
dibangun melalui seremoni dan tindakan-tindakan intelektual yang bersifat
diskursif, maka dialog itu sulit menjagkau masyarakat luas jika tidak terdapat
infrastruktur
5. Prasangka
Sejumlah
prasangka tertentu yang berkembang diantara sejumlah aktivis yang selama ini
bekerja untuk dialog antar umatberagama
6. Ketidak
adilan
Soal
kesejangan sosial dan ketidak adilan harus menjadi keprihatinan semua kelompok dialog
tidak dapat efketi bila soal ini tidak diselesaikan secara praktis. Karena
masing-masing kelompok akan curiga bahwa dialog tersebut ditunggangi oleh
kepentingan lainya seperti politik dan ekonomik
7. Dialog
internal
Secara
sosiologi umat beagama tidaklah monolit tetapi beragam dan mengalami
fragmentasil internal yang cukup tajam. Artinya pluralisme tidak saja terjadi
dalam kontek antaragama tetapi juga dalam agama yagn sama juga terjadi
perbedaan perbedaan yang tajam.
BAB 3
Tatangan & Manfaat Untuk menjaga pluralisme melalui Dialog antar
umatberagama
3.1 Tantangan Untuk Menerima pluralisme agama
Meskipun
keanekaragaman agama bersifat given, sebagai
sesuatu yang terberi dari orang tua kita sama seperti nama yang kita miliki
diberikan oleh orang tua sejak kita lahir tetapi keanekaragaman tidak
mendapatkan ruang yang kondusif bagi
perkembangan dan pertubuhanya. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor
sebagaimana yang dikemukakan oleh janazs, at.all(p.93) berikut ini;
1. Prasangka
Prasangka ini muncul karena adanya pransangka burur
kepada orang lain karena perbedaan sering menimbulkan pransangka yang tidak
enak kepada orang yang berbeda terutama bila perbedaan itu antara mayoritas dan
minoritas. Pihak mayoritas akan selalu berprasangka buruk kepada minoritas,
begitu juga sebaliknya minoritas akan selalu berprasangka yang buruk kepada
mayoritas hal ini terjadi karena antara minoritas dan mayoritas. Sehingga
prasangka buruk ini sering terjadi antara mayoritas dan minoritas. Prasangka
buruk ini sangat tidak relevan bila tidak dibuktikan dengan fakta karena akan
semakin memperparah prasangka yang ada. Dan hal ini menjadi sesuatu yang
negatif yang mengancam pluralisme yang ada di Indonesia. Prasangka yang sering
terjadi di indonesia adalah prasangka ketika kita mau bergaul dengan orang lain
yang menyebabkan kita dapat mendiskriminasi orang lain yang memiliki perbedaan.
Prasangka inilah yang membuat dialog antar umat beragama tidak dapat berkembang
sebagaimana mustinya karena prasangka-prasangka yang ada di dalam aktivis agama
menyebabkan sulit tercapainya dialog antar umat beragama
2. Etnosentrisme
Etnosentrime adalah suatu kecenderungan untuk menghormati
dan menganggap bahwa kelompok sendiri, budaya atau bangsa sendiri sebagai
sesuatu yang lebih tinggi dari pada kelompok atau budaya yang lainya. Hal ini
sering menimbulkan konflik sosial karena perbedaan doktrin dan sifat mental.
Sifat mental yang fanatik akan membuat menyulitkan untuk tercapainya pluralisme
karena orang yang fanatik dalam konotasi negatif memandang doktrin yang
diberikan oleh agama secara tersurat bukan tersirat di dalamnya. Karena dalam
memahami agama kita harus memahaminya dari banyak sisi dan belajar dari banyak
orang yang lebih senior dari kita dan lebih mengerti mengenai persoalan agama
dari kita. Dan itupun tidak hanya dari satu orang tetapi dari banyak orang
sehingga kita dapat terhindar dari etnosentrisme. Karena Secara sadar atau
tidak sadar, setiap pihak mempunyai bayangan mengenai ajaran agaman
masing-masing yang berasal dari doktrin-doktrin agamanya masing-masing, terkadang ada yang melakukan perbandingan
ajaran agama lainya, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama
lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat
secara subjektif nilai tertinggi akan selalu diberikan kepada agamanya
sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan
dinilai menurut patokan itu.
3. Stereotypes
Stereotypes
adalah perasaan-perasaaan cinta terhadap kelompok sendiri dan benci atau takut
terhadap kelompok-kelompok lain. Prilaku stereotypes ini muncul karena adanya
perbedaan tingkat budaya antara satu agama dengan agaman lain sehingga
meninmbul kan stereotypes negatif. Kita dapat ambil contoh agama kristen dan
agama islam. Dimana agama kristen berasal dari eropa yang merupakan pendatang
baru di Indonesia sehingga bangunan-bangunan gereja kristen selalu bernuansa
modern. Sedangkan bangunan-banguna mesjid agama islam yang sudah lama karena
islam merupakan pendatang yang sudah lama sudah terkesan tidak modern lagi.
Oleh sebab itu hal ini menimbulkan stereotypes negatif antar agama ditambah
lagi ajaran agama kristen disebarkan oleh bangsa eropa yang notabene seorang
yang dianggap penjajah oleh bangsa indonesia yang notabene memiliki agama
mayoritas islam. Hal ini akan memperparah stereotype yang berkembang di antara
masyarakat yang menggambarkan terkesan bahwa kristen menjajah di Indonesia. Hal
ini menurut saya tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi di negara lain juga
sama. Karena beberapa oknum saudara kita beragama islam yang melakukan
pemboman, menimbulkan stereotype bahwa agama islam teroris. Tetapi yang menjadi
masalah yang kita lihat tidak hanya Stereotype yang dibuat oleh beberapa
kelompok individu dari agama tersebut tapi kita harus melihat bahwa semua agama
akan mengajarkan hal-hal yang baik. Karena walaupun berbeda jalan tetapi tetap
satu Tuhan.
3.2 Manfaat Untuk Menerima Pluralisme Agama
Tetapi
dengan adanya perbedaan agama tersebut kita dapat secara arif mengelolah
perbedaan-perbedaan agama tersebut menjadi hal yang positif dengan cara tetap
memanfaatkan dialog antar umat beragaman yaitu dengan
1. Prinsip
Filosofis
Setiap individu atau kelomok pada dasarnya tidak hanya
unik tetapi juga penuh dengan
kekurangan. Dengan adanya dialog antar umat beragama kita dapat saling melengkapi
satu sama lainya dalam perbedaan-perbedaan tersebut agar nantinya wawasan yang
kita miliki akan semaki berkembang ke depan.
2. Secara
organisatoris
Dengan adanya dialog antar umat beragama secara
organisatoris. Perbedaan yang dibahsa dalam dialog antar umat bergama menjadi
sebuah aset yang dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk mencapai tujuan
organisasi, karena berbagai potensi yang lahir dari perbedaan yang ada, yang
dimiliki setiap anggota organisasi. Seperti Partai-partai di Indonesia yang mampu
untuk menyerap aspirasi masyarakat dari setiap golongan di Indonesia.
3. Mengatasi
tantangan komukasi lintas budaya
Namun untuk mencapai kedua tujuan di atas tetap dengan
bantuk dialog antar umat beragama diharapkan dapat mengatasi segala tantangan
relasi lintas budaya dan keberagaman. Karena dialog merupakan salah satu cara
yang me
Refleksi Kritis
Menurut
saya makalah yang saya buat sesuai dengan buku
CB: Interpersonal
Development pada bab 5 mengenai “Relasi Lintas Budaya dan Keberagaman”
karena tanpa kita sadari bahwa agama dapat menjadi sumber moral dan etika.
Dalam konteks ini agama disebut sebagai kebudayaan. Tanpa kita sadari agama
tidak bisa terlepas dari kebudayaan. Atau agama tersebut melekat dengan sebuah
kebudayaan. Sehingga terdapat hubungan erat antara agama dengan kebudayaan yang
ada, karena agama ada dalam setiap perkebangan kebudayaan masyarakat itu
sendiri dan juga budaya lah yang mempengaruhi perkembangan di tempat agama
tersebut berkembang, Seperti di Indonesia terdapat Masjid Nurul Hilal Dato Tiro
yang memiliki kubah menyerupai rumah adat Jawa dan misa umat katolik yang
menggunakan bahasa Jawa untuk gereja di daerah Jawa. Tetapi dewasa ini banyak
agama-agama yang dipelintir, banyak oknum-oknum yang menggunakan dalih agama
untuk mengelak sesuatu dan melakukan perbuatan yang merugikan orang lain maupun
merugikan diri sendiri. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman agama pada
orang tersebut. Kurangnya pemahaman agama tersebut mengakibatkan oknum-oknum
tersebut hanya mempelajari agama dari kulitnya saja, tidak mempelajari secara
mendalam. Karena dalam mempelajari agama kita harus mempelajari agama tidak
hanya secara tersurat tetapi juga dengan tersirat. Sehingga kita tidak
dibutakan dengan ajaran yang hanya tersurat di dalam agama.
Dan Indonesia
merupakan negara yang memiliki paham pluralisme karena indonesia memiliki
semboyan bhineka tunggal ika yang
berarti berbeda-beda tetapi tetap satu atau dalam bahasa ingris dapat disebut
dengan unity through diversity. Terdapat 6 agama di Indonesia yaitu islam,
hindu, budha, katholik, kristen, konghucu sehingga walaupun kita berbeda-beda
agama tetapi kita tetap satu yaitu sebagai rakyat Indonesia. Dan agama
merupakan salah satu faktor yang mendominasi di Indonesia, karena Indoensia
merupakan negara beragama. Tetapi mirisnya agama juga yang menjadi salah satu
alasan yang dapat menyebabkan perpecahan di Indonesia, karena tingginya faktor
kerasan yang terjadi karena masalah agama di Indonesia. Tetapi pada kenyataan
masih banyak terjadinya kasus-kasus diskriminasi antar masyarakat Indonesia
baik itu yang mayoritas dan minoritas atau juga antar golongan yang ada di
Indonesia. Terjadinya diskriminasi agama ini terjadi karena kurangnya kesadaran
masyrakat kita mengenai pluralisme atau perbedaan-perbedaan yang ada di
sekeliling kita. Padahal bila kita dapat memanfaatkan pluralisme tersebut kita
dapat mendapatkan banyak manfaat, contoh dari beberapa manfaat pluralisme
terutama di bidang agama adalah:
1. Menambah
networking
Dengan pluralisme ini maka kita akan semakin memperbanyak
networking yang kita miliki. Kita dapat bergaul dengan siapa saja yang kita
jumpai tanpa harus memandang latar belakang terutama latar belakang agama orang
tersebut. Sehingga bila kita memegang rasa pluralisme ini, maka kita tidak akan
memandang orang tersebut berbeda dari kita atau lebih tinggi atau bahkan lebih
rendah dari kita tetapi kita memandang mereka sebagai sesama manusia yang sama
seperti diri kita sendiri. Sehingga tidak ada perasaan iri dan dengki serta
minder ketika kita bergaul dengan siapapun. Sehingga hubungan dan relasi kita
dengan sesama kita yang berbeda dapat terjalin tanpa adanya perpecahan.
2. Meningkatkan
Rasa Solidaritas
Ada pepatah yang mengatakan bersatu kita teguh bercerai
kita runtuh. Bagaimana kita mau bersatu kalo kita saja masih memiliki rasa
diskriminasi terhadap orang lain yang berbeda dengan kita. Sehingga relasi kita
dengan orang lain masih sulit terjalin. Karena anggapan-anggapan orang mengenai
diskriminasi. Sehingga dengan adanya pluralisme ini maka kita akan meningkatkan
rasa solidaritas kita, jadi tanpa harus memperhatikan latar belakang agama
orang tersebut kita dapat dengan tulus dan ikhlas membantu orang tersebut.
3. Menambah
pengetahuan kita
Manfaat berikutnya adalah penambah pengetahuan kita.
Dengan kita belajar mengetahui agama orang lain bukan dengan serta merta kita
mengikuti agama orang lain. Tetapi kita memperluas lingkup pengetahuan kita.
Dengan kita mengetahui mengenai kebudayaan dan agama orang lain kita dapat
menyesuaikan diri dengan orang lain yang berbeda dengan kita. Kita dapat
mengetahui hal-hal yang harus kita hormati dengan orang lain, seperti bila kita
mengajak pergi makan dengan orang islam, maka kita harus mengajak makan di
restoran yang halal. Hal ini perlu kita ketahui agar kita dapat mengetahui apa
yang perlu kita hormati dari pluralisme tersebut, sehingga tidak menyinggung
orang lain dan dapat bersikap yang tepat bila berhadapan denga orang lain yang
sudah pasti berbeda dari kita. Karena dari menyinggung makan kita dapat merusak
persatuan dan kesatuan, karena persatuan dan kesatuan harus dimulai dari dalam
diri kita sendiri dengan bertindak yang baik terhadap sesama. Dan juga kita
belajar mengenai apa yang kurang dari kita.
Dan dialog agama adalah salah satu
cara yang menurut penulis merupakan salah satu langkah yang tepat dalam
menjalin relasi lintas budaya dan keberagaman. Karena dengan adanya dialog antar
umat beragama makan kita akan semakin meningkatkan relasi kita dengan sesama
kita yang berbeda agama ataupun kebudayaan. Karena seperti yang sudah dibilang
bahwa kita tidak dapat memisahkan kedua hal tersebut. Sehingga cara yang dapat
digunakan untuk menjaga relasi lintas budaya dan keberagaman adalah dengan
mengadakan dialog-dialog antar umat beragama. Dialog-dialog tersebut tentunya
harus sesuai dengan etika dialog yang ada. Sehingga dialog-dialog tersebut
tidak mendeskriditkan orang atau golongan tertentu yang ada di dalam dialog
tersebut. Dan dialog tersebut dapat berjalan dengan baik dan semestinya
sehingga menghasilkan suatu dialog yang baik dan dapat digunakan kelak
dikemudian hari untuk tetap melindungi keberagaman atau pluralisme yang ada.
Tapi sayangnya dialog antar umat beragama ini kurang efektif digunakan oleh
masyarakat sehingga dialog antar umat beragama ini hanya menjadi sebuah
formalitas belaka yang ada di masyarakat. Dan dialog ini tidak dapat
menghasilkan sesuatu yang efektif dan positif untuk melindungi keberagamaan
atau pluralisme yang ada di Indonesia ini. Mungkin bila kita sebagai orang
biasa akan sulit melakukan dialog antar umat beragama yang berskala besar,
tetapi kita dapat mencoba untuk melakukan dialog antar umat beragama yang
sangat mudah kita lakukan sehari-hari. Yaitu dengan bergaul dengan siapa saja
tanpa membedakan agama yang dimilikinya. Dan dari situ kita dapat melakukan
dialog-dialog dengan orang tersebut sehingga kita dapat mengetahui mengenai
orang tersebut dan agama yang dianut oleh orang tersebut. Dan hal ini menjadi
sesuatu yang paling mudah untuk saat ini dilakukan, sehingga relasi lintas
budaya dan keberagaman dapat kita laksanakan.
Dan walaupun dengan kondisi sekarang
ini kita dapat melihat bahwa kondisi relasi antar agama di Indonesia, tidak
hanya di Indonesia bahka di negara lain pun. Masi memiliki sebuah raport merah
yang harus diperbaiki. Tetapi kita harus sadar bahwa kondisi seperti ini tidak
dapat didiamkan begitu saja, karena bila didiamkan maka akan menimbulkan sebuah
bom waktu yang akan meledak kapan saja dan menimbulkan konflik sosial yang
sulit untuk diatasi. Maka kita harus memulai dari sekarang untuk menjaga
pluralisme cara yang paling mudah adalah dengan dimulai dari diri kita sendiri
kepada sesama kita yang berbeda dengan kita. Dengan melewati
tantangan-tantangan yang ada dalam keberagaman maka kita akan dapat merangkul
orang lain tanpa kita harus melihat latar belakang orang tersebut tetapi kita
dapat merangkulnya sebagai sesama manusia. Karena sebenarnya ajaran agama
adalah sebuah pemberian orang tua kita sama seperti nama yang kita miliki serta
kebudayaan yang kita miliki. Karena kita tidak dapat memilih dikeluarga
beragama apa kita dilahirkan. Karena kita secara langsung dan tidak langsung
akan mengikuti yang orang tua kita ajarkan. Karena orang tua akan mengajarkan nilai-nilai
kebaikan kepada anaknya. Dan nilai-nilai kebaikan tersebut salah satunya
bersumber dari agama. Jadi secara tidak langsung maka agama yang kita miliki
ketika kecil adalah agama yang sama dimiliki oleh keluarga. Sehingga kita tidak
dapat menyalahkan kondisi orang lain yang berbeda dengan kita karena berbeda
bukan berarti kita tidak bisa menyatu. Sehingga kita harus bersolidaritas
kepada orang lain sebagai sesama manusia yang memiliki kebutuhan akan Tuhan
yang sama. Dan juga pluralisme yang kita miliki adalah pemberian Tuhan. Tuhan
menciptkan manusia dengan berbagai macam suku, ras, budaya dan agama yang
berbeda satu sama lain. Dan pasti di antara perbedaan tersebut memiliki sebuah
makna tersendiri karena dengan perbedaan maka kita akan semakin mengetahui
mengenai orang lain. Dan mendapatkan manfaat-manfaat yang ada dari keberagaman
itu sendiri. Karena keberagaman juga memiliki sebuah hal positif. Sehingga
seyogyanya kita sebagai sesama manusia harus tetap menjaga pluralisme yang ada
dengan cara meningkatkan relasi lintas budaya dan keberagaman
Penutup
Sebenarnya
pluralisme berasal dari dua kata yaitu “plural” yang berarti beragam dan “isme” yang berartipaham, sehingga pluralisme
berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham. Sehingga di dalam negara
pluralisme yaitu Indonesia terdapat berbagai macam paham salah satunya adalah
paham mengenai agama. Seperti semboyan Indonesia yaitu bhineka tunggal ika yang
berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, maka Indonesia harus menjujung tinggi
budaya pluralisme tersebut. Karena di Indonesia terdapat 6 agama yaitu Islam,
hindu, budha, katholik, kristen, konghucu. Semua agama tersebut harus dirangkul
menjadi satu agar tidak timbul konflik sosial yang terjadi antar pemeluk agama
tersebut. Karena banyak sekali hal-hal yang menimbulkan konflik antar umat
beragama yang dapat menyebabkan rusaknya pluralisme di Indonesia diantaranya
Perbedaan doktrin dan sikap mental, Perbedaan suku dan ras pemeluk agama,
Perbedaan tingkat kebudayaan, Masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.
Selain keempat faktor itu juga banyak faktor lainya yang berperan menimbulkan
konflik sosial antar umat beragama. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengatasi konflik sosial. Tetapi tidak bisa disangkal bahwa dalam prakteknya
dialog antar umat beragama ini sering tidak efektif dan cenderung untuk dia di
tempat karena beberapa penyebab yaitu elitis, tak militan, jalu eceran,
infrastruktur, prasangka, ketidak adilan, dialog internal. Hal-hal inilah yang
menjadikan dialog antar umat beragama tidak berjalan dengan baik seperti pada
tujuan awalnya. Sehingga pada akhirnya untuk menjaga pluralisme di Indonesia
kita harus memulainya pada diri sendiri dan dimulai dari lingkungan kita
sendiri dengan cara menghilangkan perasaan prasangka, etnosentrime dan
stereotype kepada orang yang berbeda agama dengan kita.
Daftar Pustaka
D. Hendropuspito, O. C. Sosiologi
Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Madjid, Nurcholish. Pluralisme
Agama. Jakarta: Kompas, 2001.
No comments:
Post a Comment