Siklus nitrogen
Untuk dalam
bentuk animasi silahkan liat di http://elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/Biologi/DAUR%20BIOGEOKIMIA.swf
Tumbuhan memperoleh nitrogen dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- ).
Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp. (ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen.
Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia
diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini
akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas danNitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat
yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan,
nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang
dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam
ekosistem. Lihat Gambar.
|
Tahapan dari
siklus nitrogen
Di alam, Nitrogen terdapat
dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat atau
sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.
Tahap pertama
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
Tahap kedua
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.
Untuk animasinya silahkan liat di http://www.biology.ualberta.ca/facilities/multimedia/uploads/ecology/ncycle.html
Siklus karbon
Siklus karbon adalah
siklus biogeokimia dimana
karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi
(objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir sama
meskipun hingga kini belum diketahui).
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang
dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah
atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pulafreshwater system dan material non-hayati organik
seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut dan
biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen(termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahuan karbon,
pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses kimia, fisika,
geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan mengadung kolam aktif karbon
terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam bagian
dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer.
Neraca karbon global adalah
kesetimbangan pertukaran karbon (antara yang masuk dan keluar) antar reservoir
karbon atau antara satu putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya
atmosfer - biosfer). Analisis neraca karbon dari sebuah kolam atau reservoir
dapat memberikan informasi tentang apakah kolam atau reservoir berfungsi
sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon dioksida.
Karbon di atmosfer
Diagram dari
siklus karbon. Angka dengan warna hitam menyatakan berapa banyak karbon
tersimpan dalam berbagai reservoir, dalam milyar ton ("GtC" berarti
Giga Ton Karbon). Angka dengan warna biru menyatakan berapa banyak karbon
berpindah antar reservoir setiap tahun. Sedimen, sebagaimana yang diberikan
dalam diagram, tidak termasuk ~70 juta GtC batuan karbonat dan kerogen
Karbon adalah Karbon (C), keempat unsur paling berlimpah di
alam semesta, setelah hidrogen (H), helium (He), dan oksigen (O), adalah blok
bangunan kehidupan. Itu, unsur yang AOS jangkar semua zat-zat organik, dari bahan
bakar fosil pada DNA. Di Bumi, siklus karbon melalui darat, laut, atmosfer, dan
Bumi, AOS interior di biogeochemical utama siklus (peredaran komponen kimia
melalui biosfer dari atau ke litosfer, atmosfer, dan hidrosfer). Siklus karbon global dapat dibagi ke dalam dua kategori:
geologi, yang mengoperasikan lebih dari skala waktu besar (jutaan tahun), dan
biologis / fisik, yang beroperasi pada skala waktu yang lebih pendek (hari ke
ribuan tahun).
Karbon merupakan unsur penting bagi kehidupan di Bumi. Bukan hanya karbon yang ditemukan dalam semua makhluk hidup, unsur hadir dalam atmosfer, di lapisan endapan batu kapur di dasar laut, dan bahan bakar fosil seperti batu bara. (Ilustrasi oleh Robert Simmon, NASA GSFC)
Karbon merupakan unsur penting bagi kehidupan di Bumi. Bukan hanya karbon yang ditemukan dalam semua makhluk hidup, unsur hadir dalam atmosfer, di lapisan endapan batu kapur di dasar laut, dan bahan bakar fosil seperti batu bara. (Ilustrasi oleh Robert Simmon, NASA GSFC)
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah
gas karbon dioksida(CO2). Meskipun jumlah
gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di
atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedang mengalami
kenaikan), namun ia memiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan.
Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer adalah metan dankloroflorokarbon atau CFC (CFC ini merupakan gas
artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang
konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan
berperan dalam pemanasan global.
Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:
§ Ketika
matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk
mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke
atmosfer. Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan
tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan
yang cepat.
§ Pada
permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi
termohalin yang
membawa massa
air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat
bagian solubility
pump).
§ Di laut
bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi,
organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme juga
membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses
ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah (lihat bagian biological
pump).
§ Pelapukan
batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak
memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer.
Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang
terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat
laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).
Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:
§ Melalui
pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan termasuk juga di dalamnya
penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya) menjadi karbon dioksida dan
air.
§ Melalui
pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai
senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi
karbon dioksida jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika
tidak tersedia oksigen.
§ Melalui pembakaran material
organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung menghasilkan karbon dioksida
(juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosil sepertibatu bara, produk dari industri perminyakan (petroleum), dan gas alam akan
melepaskan karbon yang sudah tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer.
Hal inilah yang merupakan penyebab utama naiknya jumlah karbon dioksida di
atmosfer.
§ Produksi semen.
Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau kalsium
oksida, dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu
gamping yang akan menghasilkan juga karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.
§ Di
permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut
dilepas kembali ke atmosfer.
§ Erupsi
vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas
tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah
karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah
karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat pelapukan silikat; Kedua
proses kimia ini yang saling berkebalikan ini akan memberikan hasil penjumlahan
yang sama dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di
atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.
Karbon di biosfer
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon
adalah bagian yang penting dalam kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang
penting dalam struktur, biokimia, dan nutrisi pada
semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki
peranan yang penting dalam siklus karbon:
§ Autotroph adalah organisme yang menghasilkan senyawa
organiknya sendiri dengan menggunakan karbon dioksida yang berasal dari udara
dan air di sekitar tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa organik
tersebut mereka membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar autotroph menggunakan radiasi matahari untuk
memenuhi kebutuhan energi tersebut, dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis. Sebagian kecil autotroph memanfaatkan sumber energi kimia, dan
disebut kemosintesis. Autotrophyang terpenting dalam
siklus karbon adalah pohon-pohonan di hutan dan daratan dan fitoplankton di
laut. Fotosintesis memiliki reaksi 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2
§ Karbon
dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada organisme lain atau bagiannya
(seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan material organik yang
mati (detritus)
oleh jamur dan bakteri untuk fermentasi atau penguraian.
§ Sebagian
besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau respirasi. Ketika tersedia oksigen, respirasi
aerobik terjadi, yang
melepaskan karbon dioksida ke udara atau air di sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O. Pada keadaan tanpa
oksigen, respirasi
anaerobik lah yang
terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah
ke atmosfer atau hidrosfer.
§ Pembakaran
biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk tungku penghangat
atau kayu bakar, dll.) dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah
yang banyak.
§ Karbon
juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik yang mati menyatu dengan
geosfer (seperti gambut). Cangkang binatang dari kalsium
karbonat yang menjadi
batu gamping melalui proses sedimentasi.
§ Sisanya,
yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh, penemuan
terbaru bahwa rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai
"sinkers") dibuat dalam jumlah besar yang mana mampu membawa banyak
karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap sedimen [1]. Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini
jarang terbawa dalam perangkap sedimen, sehingga sebagian besar analisis
biokimia melakukan kesalahan dengan mengabaikannya.
Penyimpanan karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah proses
dalam skala waktu yang berbeda: sementara produktivitas primer netto mengikuti siklus harian dan musiman,
karbon dapat disimpan hingga beberapa ratus tahun dalam pohon dan hingga ribuan
tahun dalam tanah. Perubahan jangka panjang pada kolam karbon (misalnya melalui de- atau afforestation)
atau melalui perubahan temperatur yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan
secara langsung mempengaruhi pemanasan global.
Karbon di laut
Konsentasi
DIC permukaan laut "saat ini" (1990-an) (dari theGLODAP climatology)
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam
bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan
karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam
air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai
sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk
saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling,
karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari
atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki
lautan, asam karbonat terbentuk:
CO2 + H2O ⇌ H2CO3
Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan
kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah
pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang
besar pada pH:
H2CO3 ⇌ H+ + HCO3−
Model siklus karbon
Model siklus karbon dapat digabungkan ke dalam model
iklim global, sehingga reaksi interaktif dari lautan dan biosfer
terhadap nilai CO2 di
masa depan dapat dimodelkan. Ada
ketidakpastian yang besar dalam model ini, baik dalam sub model fisika maupun
biokimia (khususnya pada sub model terakhir). Model-model seperti itu biasanya
menunjukkan bahwa ada timbal balik yang positif antara temperatur dan CO2.
Sebagai contoh, Zeng dkk. (GRL, 2004 [2]) menemukan dalam model mereka bahwa terdapat
pemanasan ekstra sebesar 0,6 °C (yang sebaliknya dapat menambah jumlah CO2 atmosferik yang lebih besar).
Siklus karbon geologis
Miliaran
tahun yang lalu, sebagai planetesimals (tubuh kecil yang terbentuk dari nebula
matahari) dan mengandung karbon dihujani meteorit planet kita, AOS permukaan,
kandungan karbon Bumi padat terus semakin meningkat.
Semua yang siklus karbon melalui bumi, sistem AOS hari ini hadir pada saat kelahiran tata surya 4,5 miliar tahun yang lalu.
Sejak itu kali, asam karbonat (asam lemah berasal dari reaksi antara karbon dioksida [CO2] dan air) telah perlahan-lahan tapi terus dikombinasikan dengan kalsium dan magnesium di Bumi, kerak AOS membentuk karbonat tidak larut (karbon yang mengandung senyawa kimia)melalui proses yang disebut pelapukan. Kemudian, melalui proses erosi, yang karbonat dicuci ke laut dan akhirnya mengendap di bawah. Siklus ini terus berlanjut sebagai bahan yang terseret ke dalam bumi, AOS mantel oleh subduksi (sebuah proses di mana satu piring litosferik turun di bawah yang lain, sering kali sebagai akibat dari lipat atau faulting) di tepi benua. Karbon kemudian kembali ke atmosfer sebagai karbon dioksida selama letusan gunung berapi.
Dalam siklus karbon geologis, karbon bergerak di antara batu dan mineral, air laut, dan udara.Karbon dioksida di atmosfer bereaksi dengan beberapa mineral untuk membentuk mineral kalsium karbonat (batu kapur). Mineral ini kemudian dibubarkan oleh air hujan dan dibawa ke lautan. Sesampai disana ,
hal itu dapat memicu keluar dari air laut, membentuk lapisan sedimen di dasar
laut. Seperti bumi, piring AOS bergerak, melalui proses
lempeng tektonik, sedimen ini adalah subducted di bawah benua. Di bawah panas dan tekanan yang besar jauh di bawah bumi, AOS
permukaan, kapur meleleh dan bereaksi dengan mineral lainnya, melepaskan karbon
dioksida. Karbon dioksida ini kemudian dipancarkan kembali ke atmosfir
melalui letusan gunung berapi. (Ilustrasi oleh Robert Simmon, NASA GSFC)
Keseimbangan antara pelapukan, subduksi, dan mengendalikan vulkanik konsentrasi karbon dioksida atmosfer selama jangka waktu ratusan juta tahun. Geologi sedimen tertua menunjukkan bahwa, sebelum kehidupan berevolusi, konsentrasi karbon dioksida atmosfer mungkin telah seratus kali dari sekarang, memberikan efek rumah kaca yang besar selama waktu matahari rendah output. Di sisi lain, diambil sampel inti es di Antartika danGreenland telah mendorong para ilmuwan untuk berhipotesis
bahwa konsentrasi karbon dioksida saat terakhir zaman es (20.000 tahun yang
lalu) hanya setengah dari apa yang mereka hari ini.
Semua yang siklus karbon melalui bumi, sistem AOS hari ini hadir pada saat kelahiran tata surya 4,5 miliar tahun yang lalu.
Sejak itu kali, asam karbonat (asam lemah berasal dari reaksi antara karbon dioksida [CO2] dan air) telah perlahan-lahan tapi terus dikombinasikan dengan kalsium dan magnesium di Bumi, kerak AOS membentuk karbonat tidak larut (karbon yang mengandung senyawa kimia)melalui proses yang disebut pelapukan. Kemudian, melalui proses erosi, yang karbonat dicuci ke laut dan akhirnya mengendap di bawah. Siklus ini terus berlanjut sebagai bahan yang terseret ke dalam bumi, AOS mantel oleh subduksi (sebuah proses di mana satu piring litosferik turun di bawah yang lain, sering kali sebagai akibat dari lipat atau faulting) di tepi benua. Karbon kemudian kembali ke atmosfer sebagai karbon dioksida selama letusan gunung berapi.
Dalam siklus karbon geologis, karbon bergerak di antara batu dan mineral, air laut, dan udara.Karbon dioksida di atmosfer bereaksi dengan beberapa mineral untuk membentuk mineral kalsium karbonat (batu kapur). Mineral ini kemudian dibubarkan oleh air hujan dan dibawa ke lautan. Sesampai di
Keseimbangan antara pelapukan, subduksi, dan mengendalikan vulkanik konsentrasi karbon dioksida atmosfer selama jangka waktu ratusan juta tahun. Geologi sedimen tertua menunjukkan bahwa, sebelum kehidupan berevolusi, konsentrasi karbon dioksida atmosfer mungkin telah seratus kali dari sekarang, memberikan efek rumah kaca yang besar selama waktu matahari rendah output. Di sisi lain, diambil sampel inti es di Antartika dan
Untuk animasinya di lihat di: http://elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/Biologi/DAUR%20BIOGEOKIMIA.swf
No comments:
Post a Comment