Majas atau gaya
bahasa adalah
pemanfaatan kekayaan bahasa,
pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri
bahasa sekelompok penulis sastra dan
cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun
tertulis
1. Gaya Bahasa Perulangan
A. Aliterasi
Aliterasi ialah sejenis gaya bahasa yang berwujud
perulangan konsonan pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya terjadi pada
puisi.
Contoh: Kau
keraskan kalbunya
Bagai
batu membesi benar
Timbul
telangkai bertongkat urat
Ditunjang
pengacara petah pasih
B. Asonansi
Asonansi ialah sejenis gaya bahasa refetisi yang berjudul
perulangan vokal, pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan
dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan.
Contoh: Segala ada menekan dada
Mati api di dalam hati
Harum sekuntum bunga rahasia
Dengan hitam kelam
C. Antanaklasis
Antanaklasis ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung
perulangan kata dengan makna berbeda.
Contoh: Karena buah penanya itu menjadi buah bibir orang.
D. Kiasmus
Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan
sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu
kalimat.
Contoh: Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang
salah.
E. Epizeukis
Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat
langsung. Maksudnya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali
berturut-turut.
Contoh: Ingat kami harus bertobat, bertobat, sekali lagi
bertobat.
Ingat
kamu harus belajar belajar dan belajar untuk menjadi yang terbaik
Berlati berlatih terus agar kamu
bias menjadi yang terbaik
F. Tautotes
Tautotes ialah gaya bahasa perulangan yang berupa
pengulangan sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi.
Contoh: Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama
saja.
G. Anafora
Anafora ialah gaya bahasa repetisi yang merupakan
perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat.
Contoh: Kucari kau dalam toko-toko.
Kucari kau karena cemas karena sayang.
Kucari kau karena sayang karena bimbang.
Kucari kau karena kaya mesti diganyang.
H. Epistrofa (efifora)
Epistrofa ialah gaya bahasa repetisi yang berupa
perulangan kata pada akhir baris atau kalimat berurutan.
Contoh: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur.
Aku mencercah daging ketika kau tidur.
I. Simploke
Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa
perulangan awal dan akhir beberapa baris (kalimat secara berturut-turut).
Contoh: Ada selusin gelas ditumpuk ke atas.
Tak pecah.
Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah.
Ada selusin barang lain ditumpuk ke atas. Tak pecah.
J. Mesodiplosis
Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa
pengulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau kalimat secara
berturut-turut.
Contoh: Pendidik harus meningkatkan kecerdasan
bangsa.
Para dokter harus meningkatkan
kesehatan masyarakat.
K. Epanalepsis
Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa
perulangan kata pertama pada akhir baris, klausa, atau kalimat.
Contoh: Saya akan berusaha meraih cita-cita saya.
L. Anadiplosis
Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau
frase terakhir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama
pada klausa atau kalimat berikutnya.
Contoh: Dalam raga ada darah
Dalam darah ada tenaga
Dalam tenaga ada daya
Dalam daya ada segalanya
2. Gaya Bahasa Perbandingan
a. Perumpamaan
Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti
seperti. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata:
seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa.
Contoh: Seperti air dengan minyak.
b. Metafora
Metafora
ialah gaya bahasa
yang membandingkan dua hal secara implisit.
Contoh: Aku adalah angin yang kembara.
Sang
surya terbit di timur
Raja
hutan itu mengamuk
c. Personifikasi
Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan
sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide
yang abstrak.
Contoh: Bunga ros menjaga dirinya dengan duri.
Ia
adalah bunga desa
Andi
adalah binta kelas di kelasnya
d. Depersonifikasi
Depersonifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan
sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan. Biasanya
memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila, seandainya,
seumpama.
Contoh: Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.
Kalau engkau amplop maka aku perangkonya
Kalau engkau kopi maka aku susunya
e. Alegori
Alegori ialah gaya bahasa yang menggunakan
lambang-lambang yang termasuk dalam alegon antara lain:
Fabel,
contoh: Kancil dan Buaya
Parabel,
contoh: Cerita Adam dan Hawa
Fable
contoh:cerita kura kura dan kelinci
f. Antitesis
Antitesis ialah gaya bahasa yang mengandung
gagasan-gagasan yang bertentangan.
Contoh: Dia gembira atas kegagalanku dalam ujian.
Ia
senang bila aku sedih
Ia aka tertawa bila aku gagal
g. Pleonasme dan Tautologi
Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang
sebesarnya tidak perlu. Contoh: Capek mulut saya berbicara, saya sudah lelah
menjelaskanya ,sampai kapan kaum bisa mengerti
Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau
frase yang searti dengan kata yang telah disebutkan terdahulu. Contoh: Apa
maksud dan tujuannya datang ke mari?,apa maksud amplop ini?, apa mau muu
disini?
h. Perifrasis
Perifrasis ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja
menggunakan frase yang sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata saja.
Contoh: Wita telah menyelesaikan sekolahnya tahun 1988
(lulus).
Doni
diwisuda tahun 1994
Toni menyelesaikan ujian terkahirnya kemarin
i. Antisipasi (prolepsis)
Antisipasi ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya
menggunakan frase pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau
akan terjadi.
Contoh: Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan
piala kemenangan
Ibu itu mengangis histeris karena anaknya
menninggal
Ia
memberontak karena tidak mau dimasukan asrama
j. Koreksio (epanortosis)
Koreksio ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya
mula-mula ingin menegaskan sesuatu. Namun, kemudian memeriksa dan memperbaiki
yang mana yang salah.
Contoh: Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!
Silahkan makan makanan ini ton bukan maksudnya dino
Kamu ini sangat gendut,bukan,maksudnya kamu ini sangat gentleman
3. Gaya Bahasa Pertentangan
a. Hiperbola
Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan
yang berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk
menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh: Pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.
Ibu
itu terkejut setengah mati ketika mendengar bahwa anaknya tidak naik kelas
Dodi
menjerit hingga meruntuhkan gedung
b. Litotes
Litotes ialah majas yang berupa pernyataan yang bersifat
mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Apa yang kami berikan ini memang tak berarti
buatmu.
Apa
maksud dari ini hanya sekedar basa basi
Apa yang kami berika tidak akan
bermanfaat bagi mu
c. Ironi
Ironi ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang
isinya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Bagus benar rapormu Bar, banyak merahnya.
hebat
sekali kau soal segampang gini tidak bisa
tulisan
mu indah sekali sampai aku tidak bisa membacanya
d. Oksimoron
Oksimoron ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang
di dalamnya mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang
berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama.
Contoh: Olahraga mendaki gunung memang menarik walupun
sangat membahayakan.
Orang
itu sangat baik walaupun ia adalah teroris
Orang
itu sangat pinter matematika walaupun ia tidak bisa bahasa ingris
e. Paronomosia
Paronomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang
berisi penjajaran kata-kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya.
Contoh: Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah.
f. Zeugma dan Silepsis
Zeugma ialah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi
rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain.
Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahkan kedua kata berikutnya
sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya.
Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan
surat kabar.
Dalam silepsis kata yang dipergunakannya itu secara
gramatikal benar, tetapi kata tadi diterapkan pada kata lain yang sebenarnya
mempunyai makna lain.
Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
g. Satire
Satire ialah gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau
karangan yang berisi kritik sosial baik secara terang-terangan maupun
terselubung.
Contoh: Jemu
aku dengan bicaramu.
Kemakmuran,
keadilan, kebahagiaan
Sudah
sepuluh tahun engkau bicara
Aku
masih tak punya celana
Budak
kurus pengangkut sampah
h. Inuendo
Inuendo ialah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan
mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Dia memang baik, cuma agak kurang jujur.
Terkadang orang itu pintar Cuma ia tidak mau konsentrasi
Dia
memang baik Cuma agak sering berbohong
i. Antifrasis
Antifrasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang
menggunakan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Berbeda dengan ironi, yang
berupa rangkaian kata yang mengungkapkan sindiran dengan menyatakan kebalikan
dari kenyataan, sedangkan pada antifrasis hanya sebuah kata saja yang
menyatakan kebalikan itu.
Contoh Antifrasis: Lihatlah sang raksasa telah tiba
(maksudnya si cebol).
Lihat lah si
pintar masuk
Lihatlah si kurus masuk
j. Paradoks
Paradoks ialah gaya bahasa yang mengandung pertentangan
yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh: Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati.
Orang baik biasanya ada maunya
Orang pintar biasanya mempunya kelemahan
k. Klimaks
Klimaks ialah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan
yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya
dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.
Contoh: Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang
tua, nusa bangsa dan negara.
Kemerdekaan ini harus kita si dengan prestasi prestasi
Talenta kita diharapkan dapat membantu banyak orang
l. Anti klimaks
Antiklimaks ialah suatu pernyataan yang berisi
gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang
penting.
Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa,
siswa SLTA, SLTP, dan SD.
Bahasa ingris sudah diajarkan sejak kecil
Lagu indonesia raya adalah lagu kebangsaan
kita sejak dulu
n. Anastrof atau inversi
Anastrof ialah
gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan membalikkan susunan kata dalam
kalimat atau mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis.
Contoh: Diceraikannya istrinya tanpa setahu
saudara-saudaranya.
Dimakan temanya tanpa setahu istrinya
Disogok
tanpa diketahui bosnya
o. Apofasis
Apofasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang
tampaknya menolak sesuatu, tetapi sebenarnya justru menegaskannya.
Contoh : Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan
bahwa anakmu kurang ajar.
Sebenarnya saya tidak setuju dengan pendapat mu
Sebenarnya saya tidak setuju tentang pertanyaan mu
p. Histeron Proteran
Histeron Proteran ialah gaya bahasa yang isinya merupakan
kebalikan dari suatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
Contoh : Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti
kematian akan kau alami.
Jika kamu naik kelas maka kematian yang akan mennunggu mu
Jika
kamu mendapat nilai bagus maka akan kubhjar kau
q. Hipalase
Hipalase ialah gaya bahasa yang berupa sebuah pernyataan
yang menggunakan kata untuk menerangkan suatu kata yang seharusnya lebih tepat
dikarenakan kata yang lain.
Contoh: Ia duduk pada bangku yang gelisah.
Ia
duduk di sofa yang gelisah
Ia
duduk di tepi danau yang gelisah
r. Sinisme
Sinisme ialah
gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung
ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati.
Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun
sahara pun dapat Anda hitung.
Hebat
sekali sampai kau bisa mengetahui berapa jumlah air di laut itu
Doni
kau sungguh hebat hingga dapat loncat melewati gedung itu
s. Sarkasme
Sarkasme ialah gaya bahasa yang mengandung sindiran
atau olok-olok yang pedas atau kasar.
Contoh: Kau memang benar-benar bajingan.
Bodoh
kau
Kau
ini tolo sekali
4. Gaya Bahasa Pertautan
a. Metonimia
Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang,
orang, hal, atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri.
Contoh: Parker jauh lebih mahal daripada pilot.
Limosin jauh lebih mahal dari pada inova
Harimau lebih cepat berlari dari pada kura kura
b. Sinekdoke
Sinekdoke ialah
gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama pengganti barang sendiri.
Contoh Sinekdoke pars pro toto: Lima ekor kambing telah
dipotong pada acara itu.
Contoh Sinekdoke totem pro parte: Dalam pertandingan itu
Indonesia menang satu lawan Malaysia.
c. Alusio
Alusia ialah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke
suatu pristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/ diketahui orang.
Contoh: Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di
sini?
Apakah bom itu terjadi lagi di jw mariot?
Pakah kawah gunug itu meletus
lagi?
d. Eufimisme
Eufimisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai
pengganti ungkapan yang dirasa lebih kasar yang dianggap
merugikan atau yang tidak menyenangkan.
Contoh: Tunasusila sebagai pengganti pelacur.
e. Eponim
Eponim ialah gaya bahasa yang menyebut nama
seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu
sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh: Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan
menjadi Mike Tyson.
Dengan jogging setiap hari anda akan menjadi eyeshield
Dengan olahraga setiap hari maka tubuh anda akan seperti ade rai
f. Antonomasia
Antonomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan gelar
resmi atau jabatan sebagai
pengganti nama diri.
Contoh: Kepala sekolah mengundang para orang tua murid.
Presiden memanggil semua mentri
Mandor itu membagikan gaji ke anak buahnya
g. Epitet
Epitet ialah gaya
bahasa yang berupa keterangan yang menyatakan sesuatu sifat atau ciri yang khas
dari
seseorang atau suatu hal.
Contoh: Putri malam menyambut kedatangan remaja yang
sedang mabuk asmara.
h. Erotesis
Erotesis ialah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang tidak menuntut
jawaban sama sekali.
Contoh: Tegakah membiarkan anak-anak dalam kesengsaraan?
Apakah kamu tega melihat orang itu kelaparan
Bagaimana kamu mempertanggung jawabkan perbuatan mu
i. Paralelisme
Paralelisme ialah gaya
bahasa yang berusaha menyejajarkan pemakaian kata-kata atau frase-frase yang
menduduki fungsi yang sama dan memiliki bentuk gramatikal
yang sama.
Contoh: + Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi
juga harus diberantas.
- Bukan saja perbuatan
itu harus dikutuk, tetapi juga harus memberantasnya (Ini contoh yang tidak
baik).
j. Elipsis
Elipsis ialah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat
penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa
unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis.
Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi).
Pulangnya membawa oleh-oleh banyak
sekali (Penghilangan subyek).
Saya sekarang sudah mengerti (
Penghilangan obyek).
Saya akan berangkat (penghilangan
unsur Keterangan).
Mari makan!(penghilangan subyek dan
obyek).
k. Gradasi
Gradasi ialah gaya bahasa yang mengandung beberapa kata
(sedikitnya tiga kata) yang
diulang dalam konstruksi itu.
Contoh: Kita harus membangun, membangun jasmani dan
rohani, rohani yang kuat dan tangguh, dengan ketangguhan itu kita maju.
Kita harus membersihkan,mengubur,menguras tempat kita
Polisi harus menangkap,mengadili memenjarakan pelaku
kejahatan
l. Asindeton
Asindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah
kalimat atau suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar,
tetapi tidak dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah
keluarga.
Toni,dodi,dono adalah keluarga
Kedua
orang itu adalah kakaberadik
m. Polisindeton
Polisindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah
kalimat atau sebuah konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan
dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
Contoh: Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga
dana serta kemampuan pelaksana.
Kemerdekaan membutuhkan perjuangan keras semua orang
Renovasi rumah membutuhkan tukang yang handal dan dana
yang mencukupi
No comments:
Post a Comment