1) Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual, dan bukan semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga meliputi psikologis, sosio-kultural, agama, dan kesehatan. Dalam pendidikan sek dapat dibedakan antara sex intruction yaitu penerangan mengenai anatomi, mengenai biologi dari reproduksi, pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi serta education in sexuality meliputi bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan promiscuity (pergaulan dengan siapa saja) serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang.
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar. Pendidikan seks jangan diartikan sebagai mengajarkan bagaimana cara berhubungan seks, kata Dr. Raditya, akan tetapi pemberian materi kesehatan reproduksi secara keseluruhan. Jenis dan kedalaman materinya disesuaikan dengan usia
Materi yang diberikan dimulai dengan dijelaskan tentang anatomi dan fungsi alat reproduksi, perkembangan fisik dan mental remaja, definisi seks dan seksualitas, kesehatan seksual hubungan seks, kehamilan dan pencegahan kehamilan (alat kontrasepsi).
Materi yang diberikan dimulai dengan dijelaskan tentang anatomi dan fungsi alat reproduksi, perkembangan fisik dan mental remaja, definisi seks dan seksualitas, kesehatan seksual hubungan seks, kehamilan dan pencegahan kehamilan (alat kontrasepsi).
Menurut dokter yang juga aktif di RS Pantai Indah Kapuk, Klinik Wira Medika dari Klinik Keluarga Berencana ini, pemberian materi pendidikan seks tersebut juga disertai dengan pendidikan dan penghayatan agama yang kuat.
Di Amerika, materi pendidikan seks diberikan oleh orang tua secara langsung. Dengan iklim yang sangat terbuka, mereka mendiskusikan materi pendidikan seks dengan sang anak. Cara ini dinilai lebih baik ketimbang anak mencari pengetahuan seks sendiri melalui media internet atau majalah.
Penyampaian materi pendidikan seks, sebaiknya diberikan oleh pendidik teman sebaya atau disebut dengan peer educator.
Penyampaian materi pendidikan seks, sebaiknya diberikan oleh pendidik teman sebaya atau disebut dengan peer educator.
Bentuk praktis pendidikan seks, menurut Arief Rahman, meliputi pemberian nama-nama yang berbeda untuk laki-laki dan untuk perempuan. Secara kultural dan agama, ada nama untuk laki-laki dan untuk perempuan. Pemberian baju laki-laki dan perempuan yang dibedakan juga merupakan pendidikan seks. Ketajaman seksualitas , seorang anak dimulai dari bajunya. Bahkan warna bajunya. Misalnya warna pink selalu untuk perempuan, dan warna biru untuk laki-laki. Contoh lain misalnya bahan pakaian.
Menjelang akil balig, Yang disebut jati diri seksual makin tampak sebab secara biologis akan terjadi perubahan-perubahan fisik. Pada tahap ini jangan sampai anak laki-laki dan anak perempuan dianggap sama di dalam segala hal. Aksesoris baju pada usia akil balig juga bertambah. Pada anak perempuan, misalnya mulai mengenakan bra juga mulai mengenal pembalut.
Pendidikan seks merupakan upaya yang menyeluruh, Keluarga, pendidikan formal dan masyarakat secara bersama-sama melakukan upaya pendidikan seks yang saling mengisi satu sama lain.
Khususnya di dalam pendidikan formal, seperti di sekolah-sekolah umum, materi pendidikan seks diberikan pada semua mata pelajaran. Jadi, kata Arief Rahman, tidak harus di dalam bentuk mata ajaran khusus. Mata pelajaran biologi menceritakan tentang alat-alat reproduksi. Pelajaran pendidikan jasmani akan menekankan perbedaan pertandingan olah raga untuk laki-laki dan perempuan. Jika laki-laki harus bermain volley ball 5 set, maka perempuan hanya 3 set. Di dalam bahasa Indonesia, diberikan cerita-cerita tentang perbedaan peran laki-laki dan perempuan.
Tentu saja tidak mudah untuk mendapatkan pendidikan seks yang integral dan bermutu. Banyak tantangannya yang paling berat adalah kebocoran-kebocoran sistem nilai dari luar (Barat). Hal tersebut menyebabkan anak remaja mencontoh gaya hidup Barat yang cenderung memuaskan diri. Waria dan homoseks diklaim sebagai hak asasi, menurut pendidik yang humoris ini, kalau nilai-nilai Barat seperti itu dikembangkan di negara kita, akan hancurlah remaja Indonesia.
2) Tujuan Pendidikan Seks
Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :
· Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
· Memberikan pengertian tentang perbedaan antara pria dan wanita.
· Memberikan pengertian tentang peranan seks dalam kehidupan manusia.
· Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)
· Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi
· Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
· Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
· Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.
· Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
· Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
· Mengembangkan pengertian diri sendiri dengan fungsi dan kebutuhan seks. Jadi pendidikan seks dalam arti sempit (in context) adalah pendidikan mengenai seksualitas manusia.
· Membantu siswa dalam memngembangkan kepribadian, sehingga mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja.
3.METODE pendidikan seks :
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
� Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
� Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
� Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
� Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya
pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
� Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (osialisas) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
4.Dampak seks bebas
Hubungan seks pranikah bahkan berganti-ganti pasangan ( seks bebas ) mengakibatkan aib dan mengganggu ketenteraman hidup selanjutnya. Untuk itu, sebaiknya para remaja mengenal bahaya akibat hubungan pranikah dan seks bebas sebelum terlanjur. Perilaku seks pranikah dan seks bebas terutama di kalangan remaja sangat berbahaya bag perkembangan mental ( psikis ), fisik, dan masa depan seseorang. Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas.
a. Menciptakan kenangan buruk; Norma-norma yang berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks pranikah dan seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Bukan hanya pelaku yang merasa malu bahkan keluarga besarnya pun akan merasakannya. Hal ini tentu saja menjadi beban mental yang berat.
b. Mengakibatkan kehamilan; Kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah dapat menjadi beban mental yang luar biasa hebat. Biasanya kehamilan ini tidak diharapkan “ orang tuanya “, sehingga muncul istilah kehamilan di luar nikah sebagai suatu “ kecelakaan “. Keadaan semakin berat ketika keluarga atau bahkan masyarakat mempertanyakan kehamilan itu. Dalam keadaan seperti ini, biasanya timbul depresi dan frustasi terutama menyerang wanita yang hamil di luar nikah tersebut. Lebih jauh lagi, apabila bayi itu lahir dan kemudian terungkap perilaku orang tuanya dulu maka tentu akan menjadi beban mental juga. Jelaslah bahwa perilaku seks pranikah dan seks bebas hanya akan menimbulkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku dan bahkan keturunannya nanti.
c. Menggugurkan kandungan ( aborsi ) dan pembunuhan bayi; Banyak kehamilan yang terjadi akibat perilaku seks pranikah merupakan kehamilan yang tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin “ orang tuanya “ menggugurkan kehamilannya karena mereka belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi yang akan dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan kandungan ( aborsi ) dengan tidak berdasarkan alasan medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pelakunya akan mendapatkan hukuman. Dampak lain dari menggugurkan kandungan adalah akan mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada rahim, kemandulan, dan lainnya.
d. Penyebaran penyakit; Perilaku seks bebas dengan berganti-ganti pasangan sangat berpotensi pada penyebaran penyakit kelamin. Penyakit kelamin biasanya menular dan sangat mematikan. Penyakit kelamin ini tidak hanya menular kepada pasangannya melainkan akan menular pada keturunannya. Banyak kasus bayi lahir cacat akibat orang tuanya terjangkit penyakit kelamin.
e. Timbul rasa ketagihan; Seks pranikah dan seks bebas akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya. Sekli mencoba maka dipastikan akan melakukan terus menerus perbuatan tersebut.
f.
5.Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi.
Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.
Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu
Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain)
Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.
6.Pendidikan Seksual
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.
Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri.
Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual.
Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.
Untuk memberikan Pendidikan Sesual ada baiknya kita memahami dahulu beberapa perbedaan antara Laki-laki dan Perempuan sebagai berikut :
PERBEDAAN BIOLOGIS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
� Perbedaan faktor genetis (khromosom X,Y), bio-kimia, anatomi seks laki-laki
dan perempuan menyebabkan perbedaan pada penampilan fisik.
� Perbedaan fisik tersebut sangat jelas dalam perbedaan peranan mereka dalam “reproduksi”. Dengan demikian masyarakat mengharapkan perilaku yang berbeda pada pria dan perempuan.
� Perbedaan hormon androgen (yg sangat tinggi pada laki-laki) mempengaruhi fungsi otak, yg menyebabkan anak laki-laki lebih agresif, lebih aktif, mempengaruhi pembentukan otot yang lebih kuat (lebih aktif dalam kegiatan olah raga, misalnya).
PERBEDAAN SOSIAL ANAK LELAKI DAN PEREMPUAN :
� Sosialisasi dan pengalaman sosial mempengaruhi perkembangan gender seseorang (anak lelaki mengidentifikasi dirinya dengan ayahnya, dan anak perempuan mengidentifikasi diri dengan ibunya).
� Semenjak balita, dengan sendirinya anak lelaki menjadi lebih kelaki-lakian, dan anak wanita menjadi kewanitaan, sekalipun ayah dan ibu mereka tidak bersama dengan mereka. Sebagai contoh anak lelaki lebih cenderung suka bermain bola dan anak perempuan lebih suka bermain boneka.
7.Menghindari Seks Bebas
Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
· Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
· Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
· Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
· Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
· Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
A.Pencegahan Menurut Agama
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya iapun menjadi suami atau istri kelak tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu ada. Untuk itu, "Say Good Bye" sajalah...! Masih banyak kok pria dan wanita yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
Pengetahuan agama remaja dalam penelitian dibatasi pada pengetahuan agama yang berhubungan dengan pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba dan hubungan seks di luar nikah. Mayoritas responden tidak menyetujui penyalahgunaan narkoba dan mengadakan seks di luar nikah. Pengetahuan Agama Remaja
Pengetahuan Agama RemajaPencegahan menurut agama antara lain :
a) Memisahkan tempat tidur anak.
b) Meminta izin ketika memasuki kamar tidur orang tua.
c) Mengajarkan adab memandang lawan jenis.
d) Larangan menyebarkan rahasia suami-istri.
B.Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga
Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga prilaku seks bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai dapat memberikan mana cirri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini.
Menurut Afief Rahman, pendidikan seks sebaiknya dimulai dari kandungan. Pembacaan ayat-ayat suci dari Kitab Suci sangat penting. Hal ini ditujukan agar anak yang dikandung mendapatkan keberkahan dari Sang pencipta seperti diketahui, identitas seks manusia sudah dimulai sejak di dalam kandungan, sehingga memang sepantasnya pendidikan seks dimulai pada fase tersebut.
Pencegahan seks bebas dalam keluarga antara lain :
a) Keluarga harus mengertitentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-anak mereka.
b) Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
c) Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang sama.
d) Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata yang sopan.
e) Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang baik.
f) Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
g) Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan sesuata yang paling berharga.
h) Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.
8.PMS DAN HIV/AIDS
PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian.
tanda dan gejala PMS?
Karena bentuk dan letak alat kelamin laki-laki berada di luar tubuh, gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain:
- berupa bintil-bintil berisi cairan,
- lecet atau borok pada penis/alat kelamin,
- luka tidak sakit;
- keras dan berwarna merah pada alat kelamin,
- adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam,
- rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin,
- rasa sakit yang hebat pada saat kencing,
- kencing nanah atau darah yang berbau busuk,
- bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.
Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika ada gejala, biasanya berupa antara lain:
- rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual,
- rasa nyeri pada perut bagian bawah,
- pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,
- >keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya,
- keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal,
- timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
- bintil-bintil berisi cairan,
- lecet atau borok pada alat kelamin.
jenis PMS
Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil kelamin
HIV/AIDS
AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome. Penyakit ini adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah virus HIV. HIV sendiri adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus
Tanda-tanda dan gejala HIV/AIDS
Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus. Beru beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi sering menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau diare. Pada periode 3-4 tahun kemudian penderita tidak memperlihatkan gejala khas atau disebut sebagai periode tanpa gejala, pada saat ini penderita merasa sehat dan dari luar juga tampak sehat. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan dimulut, dan terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening dan pada akhirnya bisa terjadi berbagai macam penyakit infeksi, kanker dan bahkan kematian.
+1 again *jadi tambah tau:D
ReplyDeletemichael kors outlet
ReplyDeletechristian louboutin outlet
curry 4 shoes
curry 6
timberland boots
coach outlet
yeezy shoes
yeezy
louboutin shoes
louboutin shoes uk